RINTIHAN MALAM PAK YON
Rintihan Malam Pak Yon
Saya mengartikan jagongan berlarut-larut di angkringan adalah realitas kader PMII yang harmonis. Saya menemukan beragam cara tertawa disana, dengan menjatuhkan mental, body seming, atau rasan-rasan teman seranjang. Dan faktanya semua orang bisa berdialektika dengan hangat menyeletuk beberapa fakta sosial kaderisasi dilingkup yang kompleks, mulai Rayon hingga tataran cabang. Yang menarik dari itu semua adalah cara kita membawa alur dalam jurang diskusi. Mengapa jurang? Sebab hasil dari pada itu tidak lain adalah wacana buta. Problematika dikupas dengan tuntas, siapa yang bercerita dialah yang paling bertanggung jawab dan akhirnya disalahkan.
Iya, anda betul seharusnya mencari solusi dan memang benar solusi itu selalu di cari-cari setiap ada problematika yang terjadi. Namun, khasiat solusi itu tidak kunjung dirasakan, sebab tidak pernah ada tindakan. Saya menyayangkan itu, demikian dengan anda.
Pelan-pelan jagongan dimulai. Kalo boleh saya analisa, pertanyaan pertama yang terlontar adalah pertanyaan random, alurnya belum jelas, obyeknya belum dapat atau momentumnya belum tepat. Oh iya saya lupa, sebelum itu ada ritualnya dulu, "mari bakar rokok".
Setangah batang sudah jadi abu, otak saya sudah mulai terangsang untuk membual.
Bagiamana kaderisasi ?
Kalo ngomongin Kaderisasi, Rayon adalah aktor utama. Rayon dipercaya oleh kalangan warga pergerakan sebagai ujung tombak kaderisasi. Warga pergerakan tidak punya alasan untuk menolak itu, karena secara hierarki Rayon berada ditataran paling bawah berinteraksi tanpa sekat dengan calon kader pergerakan. Mau tidak mau jajaran Pengurus Rayon harus berkenan mengambangkan pola kaderisasi yang efektif dan dinamis tanpa mengesampingkan kultur yang sudah mengakar sejak lahirnya pergerakan. Itulah PR nya tolong dikerjakan ya !
Bagaimana hasilnya pak Yon ?
"Begini pak, saya sudah mencoba bergam cara untuk membawa rayon kepada fungsinya. Saya tahu beban pengurus paling berat adalah _ngopeni_ anggota. Namun, sudah sepertiga masa khidmat, saya cenderung ngelu dengan tubuh pengurus Rayon sendiri. Mengapa tidak, mereka yang sudah berkewajiban memikirkan faktanya masih harus difikirkan. Saya merasa bahwa saya harus menjadi bapak dari anak-anak yang ditinggalkan ibunya. Dan saya bingung cara menyusui mereka.
Apa kendalanya ?
_Pertama_ lagi-lagi saya merasa bahwa di tubuh pengurus Rayon, saya menjadi kepala keluarga tunggal, lainnya adalah anak-anak saya. Mereka akan pergi ke pasar jika saya suruh, mereka akan belajar setalah saya marah-marah, mereka akan sekolah jika saya antarkan. Padahal mereka sudah punya anak, bagaimana nasib mereka jika ibunya saja tidak bertanggungjawab dan tidak punya kemandirian. Saya khawatir jika suatu saat nanti, anak-anak mereka diasuh oleh orang lain yang notabenenya bukan dari keluarga kita. Mereka diasuh dan dibesarkan seperti anak sendiri sehingga lupa dengan rumah dan keluarganya. Terkadang saya sedih.
Kedua
Saya bingung untuk bertindak bagaimana, untuk menumbuhkan benih-benih keharmonisan rumah tangga agar kembali sama-sama membangun ketahanan. Kita semakin dekat dengan pertempuran tetapi akomodasi dan senjatanya belum disiapkan.
Ketiga
Saya mengakui perbedaan kelamin telah melemahkan saya untuk bersosialisasi lebih masif. Saya selalu merasa keberatan jika harus menggunakan pendekatan secara personal, baik secara langsung maupun tidak. Beberapa orang menganggap bahwa ego saya terlalu tinggi, tapi asal kalian tahu saya justru tidak meresa demikian. Upaya saya selama ini penuh dengan keterbukaan atas dasar tanggung jawab, bahkan justru bertolak belakang dengan ego saya yang semakin hari semakin ingin menyerah. Bukankan jika saya berhasil menolak itu artinya telah menurunkan ego?.
Ke-Empat
Pengetahuan saya terhadap salah satu poin dalam Trilogi PMII yaitu Profesional seakan mengklaim diri saya sendiri ke arah pemimpin yang tidak becus. Kurang lebih saya telah menerapkan nilai-nilai profesional itu kedalam organisasi yang saya ikuti khususnya PMII. Tetapi saya tidak mampu menularkan hal ini kepada teman-teman lain yang jenjang prosesnya sama. Saya merasa bahwa apa yang telah saya ikuti mereka juga mendapatkan, yang saya alami mereka juga merasakan, yang saya dapatkan mereka juga memperoleh. Pertanyaanya apa yang menyebabkan hasilnya berbeda?. Jika pendapat saya ini tidak benar mari kita duduk, bertukar keluh kesah untuk meluruskan pemahaman.
Kelima
Ingin sekali rasanya berkembang, selesai dengan diskusi siapa bapak dan siapa anak. Saya lelah, setiap forum tongkrongan pembahasan selalu sama, selalu tentang kita. Dengan problematika semacam ini ternyata telah menyiutkan pemikiran saya tentang kaderisasi. Saya khawatir jika proses ini berlanjut, pemahaman tentang kaderisasi hanya mampu saya jababarkan perihal bagaimana pengurus harus hadir, bagiamana pengurus harus miliki tanggungjawab, dan bagaimana pengurus merespon chat dengan baik. Harapan saya satu, untuk memulai mari sama-sama kita tanamkan rasa memiliki.
Ke enam
Untuk mengatakan kecewa kepada demisioner, spertinya saya terlalu naif. Tapi perlu Demis ketahui, perananmu untuk menjawab tantangan masih diperlukan. Problematika yang terjadi kurang lebih masih harus melibatkan kalian. Tidak banyak yang saya inginkan, bimbinganlah kami dengan cara kalian yang masuk akal dan tidak menyalahkan.
Terima kasih.
Alhamdulillah, diskusi malam ini telah selesai. Dengan segala problematika yang telah dipaparkan solusinya masih nanti dulu. Besok akan ada kesempatan lagi dengan arah pembahasan yang sama. Dan mudah-mudahan sudah ada solusi yang menjawab atau jika tidak masanya harus bertambah banyak.
Wallahul Muwafik Ila Aqwamitthoriq.
Tidak ada komentar