Tangga Fakultas
![]() |
Gambar : AHS |
Tangga Fakultas
Tiap kali berjumpa dengannya aku begitu
malu. Tubuh terasa tertarik oleh sesuatu yang tidak pernah aku mengerti. Seakan
ada yang berbisik untuk segera berpaling darinya.
Apalagi jika ia memberi sedikit senyuman hangat. Oh tuhan aku terdiam kaku. Seperti
ada yang memberi sayap agar aku terbang lepas sembari berkicau.
Kehadirannya membuatku ingin selalu
bertanya, apakah gerangan adalah pujaan hati seseorang ?, dan apakah orang itu
juga pujaan hatinya?. Entahlah, sepertinya aku tidak siap jika harus mendengar
jawaban dari pertanyaan itu.
Wajahmu membuatku kacau. Kehadiranmu
menggodaku untuk menjadi pemburu. Seperti ada kontak dimensi yang sulit
dikatakan, seperti ada energy kuat yang mengikat antara aku dengannya. Ya, ini
berbincang tentang perasaan dan sedikit
tentangnya.
Sejak saat itu, aku rasa ada yang berbeda. Aktivitasku
di kampus kian hari kian membaik. Bangun pagi untuk memulai haripun, enteng
rasanya. Tidak ada motif penyebab yang pasti, dalam otak ini hanya terdapat
alarm yang abstrak. Tiba-tiba bordering di pagi hari, kemudian rasa semangat
timbul dengan sendirinya. Bergegas berangkat ke kampus dan berharap agar dapat berjumpa dengannya walaupun hanya
berpapasan di tangga fakultas atau sekedar melihatnya diparkiran.
Seperti itulah,
entah apa namanya…
Masih ingat kala itu, saat aku benar-benar
tegesa untuk mengikuti mata kuliah, aku abaikan apapun yang menghalangi. Karcis
di pintu masuk aku abaikan, Kontak motor ketinggalan aku tidak peduli. Didepan
tangga yang kala itu masih sepi direndung pagi, aku tergesa, berusaha secepat
mungkin untuk naik ke lantai tiga. Pada pijakan anak tangga ke lima, langkahku
terhenti dan tergejut. Sepasang
sepatu nampak menghalangiku pada anak tangga ke enam. Mata yang fokus mengintai
jalan sebab tergesa itu, terpaksa pudar menatap sosok yang berdiri didepan
mata. Aku coba menghidarinya dengan sedikit gerakan satu langkah ke kiri, tanpa
sangka ia juga mengikuti langkahku. Seperti ada komando satu langkah kanan kiri
grak. Dengan gerakan yang cepat mataku menyorotnya dari ujung kaki hingga
wajah, lalu bertahan sejenak dengan tatapan yang memberi gambaran rasa
terganggu.
Berawal
dari perjumpaan itu, ternyata
membekas dan berujung rindu. Meski bukan
orangnya setidaknya pada tangga itu.
Tidak ada komentar